Masa Renaisans (Abad Ke 15-16)
Renaisans merupakan era
sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi
perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan
reformasi terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan dengan
berkembangnya humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian,
keahlian dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenis serba bisa Leonardo da
Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440M) dan ditemukannya benua baru
(1429M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan
ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili
Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga
mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan dengan seperti
Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang
merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah untuk
membuat garis batas yang tegas antara zaman renaisans dengan zaman modern. Sementara
orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan renaisans akan tetapi,
pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang
besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya.
manusia dengan langkah raksasa dari zaman uap ke zaman listrik, kemudian ke
zaman atom, electron, radio, televisi, roket dan zaman ruang angkasa.
Pada zaman renaisans
ini manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur
melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah
membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir
yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain: Nicholas Copernicus
(1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
Copernicus adalah
seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari berada di pusat
jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu berputaran sehari-hari
pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teorinya ini disebut
Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana
yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat gereja. Teori Ptolomeus ini
disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi sebagai pusat jagad raya.
Sekalipun Copernicus
membuat model, namun alasan utamanya bukanlah sistemnya, melainkan keyakinannya
bahwa prinsip heliosentrisme akan sangat memudahkan perhitungan. Copernicus
sendiri tidak berniat memudahkan perhitungan. Copernicus sendiri tidak berniat
untuk mengumumkan penemuannya, terutama mengingat keadaan dan lingkungan gereja
waktu itu. Menurut gereja, prinsip Geosentrsme dianggap yang lebih benar
daripada prinsip Heliosentrisisme. Tiap siang dan malam kita melihat semuanya
mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi
pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah semua itu diciptakan-Nya. Paham
demikian disebut homosentrisisme. Dengan kata lain prinsip geosentrisisme tidak
dapat dipisahkan dari heliosentrisisme dilontarkan, maka akan berakibat berubah
dan rusaknya seluruh kehidupan manusia saat ini.
Teori Copernicus ini
melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Bacon
adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan melihat
perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power
(Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan
pernyataan ini, yaitu: 1) Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern
2) Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan 3) Percetakan yang
mempercepat penyebaran ilmu.
Penemuan Copernicus
mempunyai pengaruh luas dalam kalangan sarjana, antara lain Tycho Brahe
(1546-1601) adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi baru.
Ia membuat alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang
yang teliti. Berdasarkan alat-alat yang besar itu dan dengan ketekunan serta
ketelitian pengamatannya, maka bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun
sangat besar artinya untuk ilmu dan keperluan sehari-hari.
Perhatian Tycho Brahe
dimulai pada bulan November tahun 1572, dengan munculnya bintang baru di
gugusan Cossiaopeia secara tiba-tiba, yaitu bintang yang cemerlang selama 16
bulan sebelum ia padam lagi. Bintang yang dalam waktu singkat menjadi cemerlang
dalam bahasa modern disebut Nova atau supernova, tergantung dari besarnya dan
massanya. Timbulnya bintang baru itu menggugurkan pendapat yang dianut sampai
pada saat itu, yaitu oleh karena angkasa diciptakan Tuhan, maka angkasa tidak
dapat berubah sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap dan abadi. Beberapa
tahun kemudian, Tycho berhasil menyusun sebuah observatorium yang lengkap
dengan alat, kepustakaan, dan tenaga pembantu.
Dalam tahun 1577, ia
dapat mengikuti timbulnya sebuah Comet. Dengan bantuan alat-alatnya, ia
menetapkan lintasan yang diikuti comet tersebut. Ternyata lintasan ini lebih
jauh dari planet Venus. Penemuan ini membuktikan, bahwa benda-benda angkasa
tidak menempel pada crystalline spheres, melainkan datang dari tempat yang
sebelumnya tidak dapat dilihat dan kemudian muncul perlahan-lahan ke tempat
yang dapat dilihat untuk kemudian menghilangkan lagi. Kesimpulannya adalah
“benda-benda angkasa semuanya ‘terapung bebas’ dalam ruang angkasa”.
Johannes Keppler
(1571-1630) adalah pembantu Tycho dan seorang ahli matematik. Setelah Tycho
meninggal dunia, bahan pengamatan selama 21 tahun itu diwariskan kepada
Keppler. Di samping melanjutkan pengamatan, Keppler juga tetap mengembangkan
astrologi untuk memperoleh uang guna memelihara perkembangan astronomi. Dalam
mengolah bahan peninggalan Tycho, ia masih bertolak dari kepercayaan bahwa
semua benda angkasa bergerak, mengikuti lintasan circle karena sesuai dengan
kesempurnaan ciptaan Tuhan. Semua perhitungan ditujukan ke arah itu. Namun,
semua perhitungan tetapi menunjukkan bahwa lintasan merupakan sebuah elips
untuk semua planet. Akhirnya, Keppler terpaksa mengakui bahwa lintasan memang
berbentuk elips.
Selain itu dalam
perhitungan terbukti bahwa pergerakan benda angkasa tidak beraturan dan tidak
sempurna. Pergerakannya mengikuti suatu ketentuan, yaitu bila matahari
dihubungkan dengan sebuah planet oleh garis lurus dan planet ini bergerak X jam
lamanya, maka luas bidang yang dilintasi garis lurus itu dalam waktu X jam
selalu sama. Berdasarkan hukum ini, kalau planet berada paling dekat dengan
matahari kecepatannya pun paling besar. Sebaliknya, jika planet berada paling
jauh dari matahari, maka kecepatannya paling kecil.
Hal ketiga yang
ditemukan Keppler adalah perbandingan antara dua buah planet, misalnya A dan B.
Bila waktu yang dibutuhkan untuk melintasi orbit oleh masing-masing planet
adalah P dan Q, sedang jarak rata-rata dari planet B ke matahari adalah X dan
Y., maka P+ : Q+ = X+ : Y+. Dengan demikian Keppler menemukan tiga buah
hukum astronomi, yaitu : 1) Orbit dari semua
planet berbentuk elips 2) Dalam waktu yang sama,
garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang
luasnya sama. 3) Bila jarak rata-rata dua planet
A dan B dengan matahari adalah X dan Y. sedangkan waktu untuk melintas orbit
masing-masing adalah P+ : Q+ = X+ : Y+.
Ketiga hukum Keppler
itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama kira-kira sepuluh tahun
tanpa logaritma, karena pada waktu itu memang belum dikenal logaritma. Dari
karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat ditarik beberapa pelajaran.
Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan ketekunan yang terus menerus
menjadi landasan utama untuk perhitungan yang tepat. Perhitungan yang tepat
memaksa disingkirkannya semua tahayul, misalnya tentang pergerakan sempurna
atau pergerakan sirkuler. Bahan dan perhitungan yang teliti merupakan suatu
jalan untuk menemukan hukum-hukum alam yang murni dan berlaku universal.
Ketiga hukum alam
tentang planet ini sampai sekarang masih dipergunakan dalam astronomi, meskipun
di sana-sini diadakan perbaikan seperlunya. Karya Copernicus dan Keppler
memberikan sumbangan yang besar bagi lapangan astronomi. Dalam tangan
Copernicus, lapangan ini baru merupakan sebuah model untuk perhitungan. Dalam
tangan Keppler, astronomi menjadi penentuan gerakan benda-benda angkasa dalam
suatu lintasan yang tertutup. Akhirnya dalam tangan Newton, pergerakan ini
diberi keterangan lengkap, bak mengenai ketepatan maupun bentuk elipsnya.
Setelah Keppler, muncul
Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan hukum pergerakan,
dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh
keyakinan Galileo bahwa tata surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana
matematika dan fisika, Galileo menerima prinsip tata surya yang heliosentis
serta hukum-hukum yang ditemukan Keppler. Galileo dapat pula membuat sebuah
teropong bintang. Dengan teropong itu dapat dilihat beberapa peristiwa angkasa
secara langsung. Yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet
Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.
Galileo membagi sifat
benda dalam dua golongan, yaitu pertama, golongan yang langsung mempunyai
hubungan dengan metode pemeriksaan fisik, artinya yang mempunyai sifat-sifat
primer (primary qualities) seperti berat, panjang dan lain-lain sifat yang
dapat diukur. Kedua, golongan yang tidak mempunyai peranan dalam proses
pemeriksaan ilmiah, disebut sifat-sifat sekunder (secondary qualities) seperti
sifat warna, asam, manis, dan tergantung dari pancaindera manusia. Sejak
Galileo, ilmu pada umumnya tidak dapat memeriksa sifat kehidupan, karena
sifatnya subjektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat ditemukan satuan
dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai pelopor perkembangan
ilmu dan penemu dasar ilmu modern yang hanya berpegang pada soal-soal yang
objektif saja.
Pada masa yang
bersamaan dengan Keppler dan Galileo ditemukan logaritma oleh Napier
(1550-1617) berdasarkan basis e, yang kemudian diubah ke dalam dasar 10 oleh
Briggs (lair tahun 1615) dan kemudian diperluas oleh Brochiel de Decker (lahir
tahun 1626). Ketika Keppler, mendengar tentang penemuan itu, ia memberikan
reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemuan logaritma, perhitungan yang
11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya menjadi satu bulan.
Pada masa Desarque
(1593-1662) ditemukan Projective Geometry, yang berhubungan dengan cara melihat
sesuatu, yaitu manusia A melihat benda P dari tempat T. Oleh karena melihat
hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan cahaya memancar lurus, maka
seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh satu garis lurus. Sedangkan
Fermat, juga mengembangkan Ortogonal Coordinate System seperti Descartes. Di
samping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori al-Jabar berkenaan dengan
bilangan-bilangan dan soal-soal dalam tangan Newton dan Leibniz kemudian akan
menjelma sebagai perhitungan diferensial integral (calculus). Fermat
bersama-sama Pascal menyusun dasar perhitungan statistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar