Minggu, 25 Desember 2016

Perkembangan Filsafat Zaman Renaisans

Masa Renaisans (Abad Ke 15-16)
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenis serba bisa Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440M) dan ditemukannya benua baru (1429M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan dengan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman renaisans dengan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan renaisans akan tetapi, pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. manusia dengan langkah raksasa dari zaman uap ke zaman listrik, kemudian ke zaman atom, electron, radio, televisi, roket dan zaman ruang angkasa.
Pada zaman renaisans ini manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain: Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu berputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teorinya ini disebut Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat gereja. Teori Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi sebagai pusat jagad raya.
Sekalipun Copernicus membuat model, namun alasan utamanya bukanlah sistemnya, melainkan keyakinannya bahwa prinsip heliosentrisme akan sangat memudahkan perhitungan. Copernicus sendiri tidak berniat memudahkan perhitungan. Copernicus sendiri tidak berniat untuk mengumumkan penemuannya, terutama mengingat keadaan dan lingkungan gereja waktu itu. Menurut gereja, prinsip Geosentrsme dianggap yang lebih benar daripada prinsip Heliosentrisisme. Tiap siang dan malam kita melihat semuanya mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah semua itu diciptakan-Nya. Paham demikian disebut homosentrisisme. Dengan kata lain prinsip geosentrisisme tidak dapat dipisahkan dari heliosentrisisme dilontarkan, maka akan berakibat berubah dan rusaknya seluruh kehidupan manusia saat ini.
Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power (Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu: 1) Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern 2) Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan 3) Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu.
Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh luas dalam kalangan sarjana, antara lain Tycho Brahe (1546-1601) adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi baru. Ia membuat alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang yang teliti. Berdasarkan alat-alat yang besar itu dan dengan ketekunan serta ketelitian pengamatannya, maka bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun sangat besar artinya untuk ilmu dan keperluan sehari-hari.
Perhatian Tycho Brahe dimulai pada bulan November tahun 1572, dengan munculnya bintang baru di gugusan Cossiaopeia secara tiba-tiba, yaitu bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum ia padam lagi. Bintang yang dalam waktu singkat menjadi cemerlang dalam bahasa modern disebut Nova atau supernova, tergantung dari besarnya dan massanya. Timbulnya bintang baru itu menggugurkan pendapat yang dianut sampai pada saat itu, yaitu oleh karena angkasa diciptakan Tuhan, maka angkasa tidak dapat berubah sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap dan abadi. Beberapa tahun kemudian, Tycho berhasil menyusun sebuah observatorium yang lengkap dengan alat, kepustakaan, dan tenaga pembantu.
Dalam tahun 1577, ia dapat mengikuti timbulnya sebuah Comet. Dengan bantuan alat-alatnya, ia menetapkan lintasan yang diikuti comet tersebut. Ternyata lintasan ini lebih jauh dari planet Venus. Penemuan ini membuktikan, bahwa benda-benda angkasa tidak menempel pada crystalline spheres, melainkan datang dari tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat dan kemudian muncul perlahan-lahan ke tempat yang dapat dilihat untuk kemudian menghilangkan lagi. Kesimpulannya adalah “benda-benda angkasa semuanya ‘terapung bebas’ dalam ruang angkasa”.
Johannes Keppler (1571-1630) adalah pembantu Tycho dan seorang ahli matematik. Setelah Tycho meninggal dunia, bahan pengamatan selama 21 tahun itu diwariskan kepada Keppler. Di samping melanjutkan pengamatan, Keppler juga tetap mengembangkan astrologi untuk memperoleh uang guna memelihara perkembangan astronomi. Dalam mengolah bahan peninggalan Tycho, ia masih bertolak dari kepercayaan bahwa semua benda angkasa bergerak, mengikuti lintasan circle karena sesuai dengan kesempurnaan ciptaan Tuhan. Semua perhitungan ditujukan ke arah itu. Namun, semua perhitungan tetapi menunjukkan bahwa lintasan merupakan sebuah elips untuk semua planet. Akhirnya, Keppler terpaksa mengakui bahwa lintasan memang berbentuk elips.
Selain itu dalam perhitungan terbukti bahwa pergerakan benda angkasa tidak beraturan dan tidak sempurna. Pergerakannya mengikuti suatu ketentuan, yaitu bila matahari dihubungkan dengan sebuah planet oleh garis lurus dan planet ini bergerak X jam lamanya, maka luas bidang yang dilintasi garis lurus itu dalam waktu X jam selalu sama. Berdasarkan hukum ini, kalau planet berada paling dekat dengan matahari kecepatannya pun paling besar. Sebaliknya, jika planet berada paling jauh dari matahari, maka kecepatannya paling  kecil.
Hal ketiga yang ditemukan Keppler adalah perbandingan antara dua buah planet, misalnya A dan B. Bila waktu yang dibutuhkan untuk melintasi orbit oleh masing-masing planet adalah P dan Q, sedang jarak rata-rata dari planet B ke matahari adalah X dan Y., maka P+ : Q+ = X+ : Y+.  Dengan demikian Keppler menemukan tiga buah hukum astronomi, yaitu : 1)      Orbit dari semua planet berbentuk elips 2)      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama. 3)      Bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y. sedangkan waktu untuk melintas orbit masing-masing adalah P+ : Q+ = X+ : Y+.
Ketiga hukum Keppler itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama kira-kira sepuluh tahun tanpa logaritma, karena pada waktu itu memang belum dikenal logaritma. Dari karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat ditarik beberapa pelajaran. Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan ketekunan yang terus menerus menjadi landasan utama untuk perhitungan yang tepat. Perhitungan yang tepat memaksa disingkirkannya semua tahayul, misalnya tentang pergerakan sempurna atau pergerakan sirkuler. Bahan dan perhitungan yang teliti merupakan suatu jalan untuk menemukan hukum-hukum alam yang murni dan berlaku universal.
Ketiga hukum alam tentang planet ini sampai sekarang masih dipergunakan dalam astronomi, meskipun di sana-sini diadakan perbaikan seperlunya. Karya Copernicus dan Keppler memberikan sumbangan yang besar bagi lapangan astronomi. Dalam tangan Copernicus, lapangan ini baru merupakan sebuah model untuk perhitungan. Dalam tangan Keppler, astronomi menjadi penentuan gerakan benda-benda angkasa dalam suatu lintasan yang tertutup. Akhirnya dalam tangan Newton, pergerakan ini diberi keterangan lengkap, bak mengenai ketepatan maupun bentuk elipsnya.
Setelah Keppler, muncul Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan hukum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh keyakinan Galileo bahwa tata surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana matematika dan fisika, Galileo menerima prinsip tata surya yang heliosentis serta hukum-hukum yang ditemukan Keppler. Galileo dapat pula membuat sebuah teropong bintang. Dengan teropong itu dapat dilihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.
Galileo membagi sifat benda dalam dua golongan, yaitu pertama, golongan yang langsung mempunyai hubungan dengan metode pemeriksaan fisik, artinya yang mempunyai sifat-sifat primer (primary qualities) seperti berat, panjang dan lain-lain sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang tidak mempunyai peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah, disebut sifat-sifat sekunder (secondary qualities) seperti sifat warna, asam, manis, dan tergantung dari pancaindera manusia. Sejak Galileo, ilmu pada umumnya tidak dapat memeriksa sifat kehidupan, karena sifatnya subjektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat ditemukan satuan dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai pelopor perkembangan ilmu dan penemu dasar ilmu modern yang hanya berpegang pada soal-soal yang objektif saja.
Pada masa yang bersamaan dengan Keppler dan Galileo ditemukan logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis e, yang kemudian diubah ke dalam dasar 10 oleh Briggs (lair tahun 1615) dan kemudian diperluas oleh Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Ketika Keppler, mendengar tentang penemuan itu, ia memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemuan logaritma, perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya menjadi satu bulan.
Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan Projective Geometry, yang berhubungan dengan cara melihat sesuatu, yaitu manusia A melihat benda P dari tempat T. Oleh karena melihat hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan cahaya memancar lurus, maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh satu garis lurus. Sedangkan Fermat, juga mengembangkan Ortogonal Coordinate System seperti Descartes. Di samping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori al-Jabar berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal dalam tangan Newton dan Leibniz kemudian akan menjelma sebagai perhitungan diferensial integral (calculus). Fermat bersama-sama Pascal menyusun dasar perhitungan statistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar