Minggu, 25 Desember 2016

Perkembangan Filsafat Zaman Modern

Zaman Modern (Abad 17-18 M)
Setelah Galileo, Fermat, Pascal dan Keppler berhasil mengembangkan penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan dua sarjana yang dalam ilmu modern memegang peran yang sangat penting. Mereka adalah Isaac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716). Di tangan dua sarjana inilah, sejarah ilmu modern dimulai.
Newton, sekalipun ia menjadi pimpinan sebuah tempat pembuatan uang logam di kerajaan Inggris, ia tetap menekuni dalam bidang ilmu. Lahirnya teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika merupakan karya besar Newton. Teori gravitasi Newton dimulai ketika muncul persangkaan penyebab planet tidak mengikuti pergerakan lintas lurus, apakah matahari yang menarik bumi atau antara bumi dan matahari ada gaya saling tarik menarik.
Persangkaan tersebut kemudian dijadikan Newton sebagai titik tolak untuk spekulasi dan perhitungan-perhitungan. Namun hasil perhitungan itu tidak memuaskan Newton, semua persangkaan dan perhitungan lalu ditangguhkan. Baru kira-kira 16 tahun kemudian soal itu ditanganinya lagi, setelah ia berhasil mengatasi beberapa hal yang ada pada awal penyelidikan belum disadarinya. Teori gravitasi memberikan keterangan, mengapa planet tidak bergerak lurus. Sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa planet harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya, pengaruhnya ada, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata dan pengaruh itu adalah gravitasi yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling berdekatan.
Berdasarkan teori gravitasi dan perhitungan-perhitungan yang dilakukan oleh Newton, dapat diterangkan lah dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang air samudra dan lain-lain peristiwa astronomi, justru dalam lapangan astronomilah ketepatan teori gravitasi makin meyakinkan, sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya tentang adanya gravitas.
Perhitungan calculus atau yang disebut juga diferensial/integral oleh Newton di Inggris dan Leibniz di Jerman terbukti sangat luas gunanya untuk menghitung bermacam-macam hubungan antara dua atau lebih banyak hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur. Misalnya, kecepatan planet mengelilingi matahari yang berbeda-beda sepanjang lintasan, menemukan maxima dan minima dari suatu kurva, menemukan tambahan luas lingkaran bila radius berubah sedikit sekali dan lain sebagainya. Setelah Calculus ditemukan banyak sekali perhitungan dan pemeriksaan ilmu dapat diselesaikan, sebelumnya tinggal problematic saja. Tanpa calculus, ilmu matematika, tidak  dapat berkembang seperti sekarang ini.
Penemuan ketiga yang mendasari ilmu alam adalah pemeriksaan Newton mengenai cahaya dan lazim disebut optika. Dengan mempertimbangkan bahwa cahaya masuk melalui lensa, sedangkan bagian perifer lensa mendekati bentuk prisma, sehingga cahaya perifer terbias menjadi pelangi yang disebut chromatic aberration, maka Newton membuat telescope tanpa lensa, ia menggunakan cermin cekung yang berdasarkan pemantulan cahaya sehingga tidak terjadi pembiasan.
Joseph Black (1728-1799) dikenal sebagai pelopor dalam pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO­2. Ia melakukan pemanasan terhadap kapur. Hawa yang keluar kemudian dialirkan melalui air kapur yang  sudah disaring terlebih dahulu. Pada waktu hawa yang keluar dari kapur mengalir, maka air kapur yang jernih menjadi keruh. Demikian pula Henry Cavendish (1731-1810) memeriksa gas yang terjadi jika serbuk besi disiram dengan asam dan menghasilkan hawa yang dapat dinyalakan. Sarjana lain, seperti Joshep Prestley (1733-1804) menemukan sembilan macam hawa No dan Oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine Laurent Lavoiser (1743-1794) jadilah sarjana yang meletakkan dasar ilmu kimia yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan penemuan Black, Cavendish Priestley, dan lainnya, Loveise melaksanakan percobaan yang didasarkan pada timbangan bahan-bahan sebelum dan sesudahnya percobaan. Dengan demikian ia mulai menggunakan pengukuran dalam lapangan kimia, dengan kata lain ia meninggalkan percobaan yang hanya bersifat kumulatif dan berpindah ke lapangan yang bersifat kuantitatif.
Di samping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama ditemukan bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya, melainkan atas dasar percobaan, misalnya mesin uap yang kemudian mendasari kereta api, percobaan-percobaan listrik dan lain-lainnya, penemuan-penemuan itu semuanya melandasi revolusi industri terutama di Inggris, tetapi kemudian juga meluas di seluruh benua Eropa. Penemuan-penemuan empiris tentang kekuatan uap dan penemuan lainnya kemudian dijadikan percobaan-percobaan dalam laboratorium. Pemeriksaan itu akhirnya menghasilkan hukum-hukum dan rumus empiris, yang mendasari perkembangan teoritis selanjutnya.
Kalau penemuan ilmiah kimia dan penemuan mesin-mesin pada awalnya tidak langsung mempunyai hubungan dengan teori ilmu sebagaimana dikembangkan oleh Galileo dan lain-lain, perkembangan ilmu setingkat lebih maju dari apa yang telah dicapai oleh sarjana-sarjana yang telah disebut tadi.
Percobaan selanjutnya dilakukan oleh J.L. Proust (1754-126) mengenai atom. Dalam analisis oxyda dari berbagai logam. J.L Proust sampai kepada pendapat bahwa perbandingan bahan-bahan yang ikut serta dalam proses tersebut selalu tetap, demikian pula dengan sulfida dari logam. Demikian pula dengan John Dalton (1766-1844) yang mendapatkan ilham untuk menetapkan kesatuan (a unit) untuk mencari keterangan tentang perbandingan berat hydrogenium lawan atom lain-lainnya disebut berat atom.
Sejak Dalton, teori tentang atom terus dapat dipergunakan dalam lapangan ilmu kimia, juga oleh Frederich Wohler untuk menemukan sintesis urea dalam tahun 1828. Pada sekitar tahun 1895, Hendry Becquerel, suami istri Curie dan J.J,. Thomson menemukan radium, logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson menemukan electron. Dengan penemuan itu, runtuhlah pendapat atau aksioma yang menyatakan bahwa atom adalah bahan terkecil yang tidak dapat berubah dan bersifat kekal. Dengan penemuan itu, mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika, yaitu fisika nuklir yang pada zaman sekarang dapat mengubah bermacam-macam atom.
Secara singkat dapat ditarik sebuah sejarah ringkas ilmu-ilmu yang lahir saat itu. Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan statistika. Di abad ke-9 lahir semisal pharmokologi, geofisika, geomorfologi, palaentologi, arkeologi, logika matematika, mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceonografi, antropologi budaya, psikologi dan sebagainya.
Sekitar tahun 1900-1914 terjadi berbagai perubahan berdasarkan teori kenisbian. Ada teori baru yang mengatakan bahwa ruang dan waktu tidak lagi berpisah sebagaimana dipahami oleh ahli fisika sebelumnya. Ruang dan waktu merupakan satu kesatuan mutlak untuk memeriksa dan menerangkan semua peristiwa.
Perlu diketahui pula bahwa pada zaman modern ini terjadi revolusi industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan perdagangan pada abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan maju. Pada abad inilah James Watt menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun dan Inggris menjadi penghasil tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika serikat dan Jepang menjadi negara industri.
Setelah abad ke-18 berakhir maka perkembangan ilmu modern selanjutnya, yaitu pada abad ke-19. Pada abad ini penemuan yang dianggap sebagai penemuan abad tersebut adalah dengan ditemukannya planet Neptunus. Sedang pada abad XX, secara garis besar terjadi perkembangan yang sangat luas dalam berbagai bidang ilmu. Misalnya ilmu pasti, kimia, fisika, kimia organik, astronomi, biologi  dan fisika nuklir. Di samping ilmu-ilmu yang jelas bersifat kuantitatif tersebut, berkembang pula ilmu-ilmu yang permulaannya bersifat kualitatif, seperti ekonomi, psikologi dan sosiologi. Perkembangan pesat dalam bidang astronomi pada abad XX ini seperti ditemukannya planet terakhir yaitu Pluto (1930) setelah abad sebelumnya yaitu abad XIX telah ditemukan planet Neptunus dengan didasari perhitungan yang menggunakan sistem Newton. Dalam abad XX ini, pengetahuan diperluas. Kalau dalam abad XIX tidak dapat diterangkan sumber energi matahari, sekarang dapat diketahui bahwa energi tersebut terjadi berdasarkan perubahan atom, yang zaman sekarang menjadi tenaga nuklir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar