Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti knowledge
atau pengetahuan. Sedangkan logy berarti theory, sehingga
epistemologi diartikan sebagai teori pengetahuan atau filsafat ilmu. Ketika
mengkaji bidang ini, maka ada tiga persoalan pokok yang perlu disentuh, yaitu
makna pengetahuan, sumber pengetahuan, genealogi pengetahuan, bagaimana cara
mengetahuinya, dan apakah pengetahuan kita itu benar (valid). Objek telaah
epistemologi adalah mempertanyakan dari mana ilmu itu diperoleh, bagaimana cara
mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan yang lain, jadi berkenaan
dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu hal.
Konsep epistemologi di atas dapat digunakan sebagai kerangka untuk menggali
epistemologi ilmu menurut al-Qur’an, sehingga kemudian muncul
pertanyaan-pertanyaan tentang apa pengertian ilmu menurut al-Qur’an?
Makna ilmu menurut
al-Qur’an
Dalam al-Qur’an kata ilmu ternyata banyak disebut, yaitu sebanyak 105 kali,
tetapi jika digabung dengan kata derivasinya ia disebut tidak kurang dari 744
kali. Untuk menyebutkan secara terinci, kata-kata turunan itu disebut dalam
bentuk dan frekuensi sebagai berikut; ‘alima (35), ya‘lam (215), i‘lam (31), yu‘lam (1), ‘ilm (105), ‘alim (18),
ma‘lum (13) ‘alamin (73), ‘alam (3), ‘alam (49), ‘alim‘ulama‘ (163) ‘allam (4)‘allama(12),
yu‘alim (16), ‘ulima (3), mu‘allam (1), ta‘allama (2).
Dari kata turunan itu timbul berbagai pengertian, seperti: mengetahui,
pengetahuan, orang yang berpengetahuan, yang tahu, terpelajar, paling
mengetahui, memahami, mengetahui segala sesuatu, lebih tahu, sangat mengetahui,
cerdik, mengajar, belajar, orang yang menerima pelajaran/diajari, mempelajari; juga
pengertian-pengertian seperti tanda (‘alam), alamat, tanda batas, tanda
peringatan, segala kejadian alam, segala yang ada dan segala yang dapat
diketahui.
Untuk mengetahui dan menemukan pengertian tentang ilmu dalam al-Qur’an
tidak cukup hanya jika dicari pengertiannya dari kata-kata yang berasal dari
akar kata ‘alima (tahu), sebab kata itu ‘tahu’ tidak hanya diwakili
oleh kata tersebut. Ada beberapa kata yang mengandung pengertian ‘tahu’
seperti ‘arafa, zahara, khabara, sha‘ara, ya’isa, ankara, basirah dan hakim. Kata-kata
turunan dalam al-Qur’an yang berasal dari kata ‘arafa sendiri umpamanya
disebut sebanyak 34 kali. Karena itu, menurut Rosenthal, kata ilmu adalah sinonim
dengan kata ma‘rifat. Salah satu kata derivasinya juga telah menjadi
bahasa Indonesia yang kita kenal yaitu ‘arif, kata ini memang
diartikan sebagai orang yang memiliki
pengetahuan yang
tertinggi, jika orang telah sampai kepada tahap ma‘rifat, walaupun hal ini
lebih dikenal di dunia tasawuf.
Pengertian ilmu pengetahuan terdapat pula dalam kata hikmah yang sudah
menjadi kata Indonesia. Kata hikmah biasanya dipakai langsung tanpa terjemahan,
dan pengertiannya adalah ‘pelajaran’. Orang yang bisa memetik hikmah adalah
orang yang dapat ‘mengambil pelajaran’ dari pengalaman. Tetapi hikmah dapat
pula diterjemahkan dengan ‘kebijaksanaan’, atau pengetahuan tertinggi. Dalam
al-Qur’an kata hikmah memang berkaitan dengan hasil pemikiran seseorang dan
sebagai hasil pemikiran, hikmah merupakan sesuatu yang sangat berharga seperti
tercermin dalam surah al-Baqarah ayat 269.
Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa al-Qur’an menggunakan kata ilmu dalam
berbagai bentuk dan artinya sebanyak 854 kali, antara lain, sebagai proses pencapaian
ilmu pengetahuan dan objek ilmu pengetahuan tentang sumber-sumber ilmu pengetahuan,
di samping klasifikasi dan ragam disiplinnya. Sehingga sebagian ilmuwan muslim
berpendapat bahwa ilmu menurut al-Qur’an mencakup segala macam pengetahuan yang
berguna bagi manusia dalam kehidupannya, baik masa kini maupun masa depan, baik
tentang ilmu-ilmu fisika (empirik) maupun metafisika (non empirik).
Dalil-dalil al-Qur’an yang menunjukkan isyarat tentang ketiga sumber ilmu pengetahuan
itu adalah a) empiris, yakni alam sebagai sumber ilmu pengetahuan, antara lain,
dapat ditangkap dari beberapa isyarat ayat al-Qur’an seperti Allah mengajarkan
nama-nama benda kepada Adam as., perintah Allah untuk memperhatikan dan
mempelajari fenomena yang terjadi pada benda-benda langit, dan
fenomena-fenomena yang terjadi di bumi, meneliti dan mempelajari awan,
gunung-gunug, lautan dan mahluk hidup yang ada di bumi, dan lain sebagainya, b)
rasio, yakni akal sebagai sumber ilmu pengetahuan dengan menafsirkan dan
mengabstraksikan fenomena alam itu menjadi rumusan-rumusan teori ilmu
pengetahuan yang berguna bagi manusia, dan c) intuisi dan wahyu sebagai sumber
ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang diturunkan Tuhan melalui para nabi dan
rasul-Nya, termasuk dalam kategori ini adalah pengetahuan tasawuf dan filsafat yang
diperoleh melalui intuisi dan hasil kontemplasi pemikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar