Guru
merupakan elemen terpenting dalam sebuah system pendidikan. Ia merupakan ujung
tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang
guru mereka. Kepribadian guru seperti memberikan perhatian, hangat, suportif
(memberi semangat), diyakini bisa member motivasi yang pada gilirannya
meningkatkan prestasi belajar siswa. Empati yang tepat seorang guru kepada
siswanya membantu perkembangan prestasi akademik mereka secara signifikan. Guru
juga perlu membangun citra yang positif tentang dirinya jika ingin agar
siswanya member respon dan bisa diajak bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Lebih jauh, rasa hormat dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh seorang guru
merupakan syarat utama kesuksesan siswa. Sebagaimana halnya orang dewasa,
pemenuhan aspek psikologis siswa akan membantu mereka berusaha menunjukkan
kemampuan terbaik yang bisa mereka lakukan dan secara otomatis akan meningkatkan
prestasi belajar mereka.
Jackson
(1999) mengemukakan bahwa guru yang humanis bertindak sebagai seorang manusia
biasa di samping sebagai seorang guru, menaruh rasa hormat dan penghargaan
kepada siswa-- merupakan factor yang menentukan persepsi siswa tentang
kemampuan guru menciptakan atmosfir yang kondusif untuk belajar. Dalam suasana
demikian, siswa merasa leluasa bertanya dan memberikan komentar, mendekati guru
untuk melakukan pembicaraan (face to
face), dan secara keseluruhan akan membuat ruang kelas menjadi penuh
semangat dan antusias. Dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi antar
individu dan kepekaan terhadap kebutuhan emosional siswa, berarti guru telah
memasuki zona belajar (realm of learning)
yang sesungguhnya (Rogers and Renard, 1999). Jika proses pembelajaran di
sekolah memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional siswa, maka kemungkinan besar
proses belajar akan berjalan dengan lancer dan berhasil.
Perilaku
guru tidak hanya menentukan kesuksesan atau kegagalan sebuah kurikulum, tetapi
secara independen juga memiliki pengaruh terhadap efektivitas sekolah. Hasil
studi Cole and Chan (1994), menemukan bahwa sifat-sifat personal guru seperti
memberikan kepercayaan terhadap siswa, bersedia mendengar apa yang disampaikan
siswa dan tidak mendominasi jalannya proses belajar mengajar menjadi sangat
menentukan dalam membangun suasana belajar dalam kelas yang kondusif. Lebih
lanjut, bahwa kepercayaan menjadi efektif khususnya ketika berhadapan dengan siswa
yang memiliki persoalan pribadi. Mendengar secara aktif memungkinkan guru
memahami apa yang terjadi di kelas dan pada waktu yang bersamaan mendorong
siswa untuk lebih banyak aktif dalam percakapan serta mendorong siswa berani
mengungkapkan ide-ide mereka.
Penguasaan
guru terhadap bidang studi yang diajarkan merupakan dimensi lain yang
mempengaruhi persepsi siswa terhadap kualitas kelas dan pada gilirannya
berpengaruh pula terhadap prestasi mereka. Lebih jauh, persiapan guru,
penguasaan diri, kemampuan menyampaikan bahan ajar, pemakaian metode presentasi
yang tepat, kemampuan menjawab pertanyaan dan membuat siswa memahami tujuan
pengajaran dengan jelas juga merupakan factor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar dan pandangan siswa terhadap guru.
Sebaliknya,
guru yang dalam pandangan siswa kurang mempersiapkan bahan pelajarannya, kurang
mampu mengorganisir pendekatan terhadap kelas dan bahan ajarnya, menyampaikan
konsep yang tidak benar serta memakai metode yang tidak tepat, tidak memiliki
pengaruh terhadap peningkatan prestasi siswa. Dengan demikian, harapan
pendidikan terletak kepada para guru, maju dan mundurnya generasi bangsa ada di
tangan kita wahai guru pahlawan tanpa tanda jasa. Marilah kita junjung tinggi
profesionalitas dan buang sikap capital dan hedonis. Sukses untuk semua Guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar