Sabtu, 24 Desember 2016

Mengapa Kita Harus Berfilsafat?

Pertanyaan-pertanyaan seperti “Mengapa seseorang perlu berfilsafat?” atau “Untuk apa seseorang berfilsafat?”. Berfilsafat berarti: mempertanyakan dasar dan asal-usul dari segala-galanya, mencari orientasi dasar bagi kehidupan manusia.
Dalam rangka berfilsafat itu, ada empat sikap yang diperlukan: 1. Keberanian untuk menguji secara kritis hal-hal yang kita yakini. 2. Kesediaan untuk memberikan tanggapan awal terhadap suatu pernyataan filsafat, tidak peduli sekonyol apa pun tampaknya tanggapan kita pada saat itu. 3. Tekad untuk menempatkan upaya mencari kebenaran di atas kepuasan karena “menang” atau kekecewaan karena “kalah” dalam perdebatan. 4. Kemampuan untuk memisahkan kepribadian seseorang dari materi diskusi, agar tidak menyebabkan kekaburan berpikir atau konflik pribadi sehingga dapat menghambat proses diskusi filsafat.
Mengapa (kita) berfilsafat?. Karena pada suatu saat kita secara tidak sadar kita sudah bergelut dengan suatu permasalahan filsafat, yang dengan sendirinya jadi bahan pemikiran kita. Setiap orang pasti menyimpan asumsi-asumsi atau keyakinan-keyakinan filsafat.
Dengan demikian, pertanyaannya bukan lagi haruskah kita menangani permasalahan filsafat, melainkan bagaimanakah caranya. Salah satu alasan mengapa seorang berfilsafat adalah karena memang dalam diri filsafat itu sendiri mengandung suatu tugas. Kita sudah mengetahui bahwa filsafat didasari oleh suatu kebebasan berpikir.
Kita mungkin baru sadar bahwa diri kita sudah ada di dalam filsafat dan terlibat dalam persoalan-persoalannya, tidak hanya berdiri di luar dan menunggu sampai diyakinkan bahwa kita harus terlibat di dalamnya. Bolehlah dikatakan bahwa kodrat berfilsafat telah ada di dalam diri setiap manusia, karena lingkungan dan bahkan kita sendiri sesungguhnya telah menyimpan permasalahan-permasalahan filsafat. Kita dapati di sini sebagian dari kebenaran pernyataan bahwa “Semua orang memang filsuf”. Namun harus dicatat juga bahwa sedikit sekali orang yang berfilsafat secara sistematis.
Manfaat Berfilsafat bagi banyak orang, pertanyaan “Untuk apa berfilsafat?” menyiratkan suatu kepentingan praktis, yaitu “Apa manfaat filsafat untukku, selain pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri?”. Keterlibatan kita secara kritis dalam filsafat dapat mengubah keyakinan-keyakinan dasar kita, termasuk sistem nilai yang kita miliki dan bagaimana kita memandang dunia secara umum. Singkatnya, dengan melakukan telaah filsafat, kita akan semakin mandiri secara intelektual, lebih toleran terhadap perbedan sudut pandang.
Mungkin, beberapa dari kita ada yang mempertanyakan apa sebenarnya manfaat praktis yang “nyata” dari mempelajari filsafat, taruhlah dalam soal mencari pekerjaan? Memang, gelar sarjana dalam bidang filsafat tidak akan mempersiapkan kita untuk suatu pekerjaan tertentu, selain mempersiapkan kita untuk studi tingkat pasca-sarjana atau mengajar. Lain halnya dengan bidang-bidang studi lain yang lebih teknis sifatnya.
Kelebihan filsafat adalah bahwa ia memperlengkapi kita untuk berbagai bidang non-akademis, dan dalam banyak hal dapat membantu kita mengembangkan diri dalam karier yang kita pilih. Ringkasnya, mengkaji permasalah filsafat secara serius memberikan manfaat pribadi.
Alasan kita harus berfilsafat: Pentingkah filsafat bagi manusia? penting atau tidak pentingnya sebenarnya saat ini anda sudah berfilsafat dan memenuhi kenapa filsafat itu ada:
1. Keheranan: Plato dan Immanuel Kant berpendapat bahwa rasa heran merupakan asal filsafat. Menurut Plato, mata kita member pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini filsafat berasal.Dua gejala yang paling mengherankan menurut Immanuel Kant: Coelum stellatum supra me, lex moralis intra me (langit berbintang-bintang di atasku, hukum moral dalam hatiku).
2. Keraguan: Sikap ragu-ragu sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang tidak meragukan lagi. Titik pangkal ini berfungsi sebagai dasar untuk semua pengetahuan lebih lanjut. Dengan kata lain berpikir adalah menyadari apa yang telah manusia perbuat.
3. Kesadaran akan Keterbatasan: Beberapa filsuf mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat kalau ia menyadari betapa kecil dan lemah ia, dibandingkan dengan alam semesta sekelilingnya. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
4. Rasa Ingin Tahu: Karena pada dasarnya manusia diciptakan untuk selalu belajar, dari kata itu timbulah rasa ingin tau terhadap sesuatu.
5. Kodrat Manusia sebagai Makhluk Berpikir: Allah menjadikan manusia sebagai makhluk paling sempurna dari makhluk-makhluk Allah yang lainnya, perbedaan manusia dengan makhluk Allah yang lain terletak pada akal pikiran. Sebab itu manusia dijadikan kholifah dibumi ini untuk menjaga dan merawat bumi ini manusia mampu mengelola dengan cara yang manusia miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar