Terdapat
perbedaan mendasar antara mendidik dan mengajar, beberapa orang mungkin
terjebak antara definisi mendidik dengan mengajar. Padahal, terdapat perbedaan
yang mendasar antara keduanya. Mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian
seorang guru. Semua persiapan guru untuk mengajar bersifat teknis. Hasilnya
juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat
verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak
semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara mendidik dan mengajar
sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan mengajar yang baik adalah
mendidik. Dengan kata lain mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai
sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan.
Mendidik lebih
bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah atau jangka panjang. Hasil
pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau secara instan. Pendidikan
merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah rasa, dan olah karsa yang
bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran peserta didik.
Mengajar yang
diikuti oleh kegiatan belajar-mengajar secara bersinergi sehingga materi yang
disampaikan dapat meningkatkan wawasan keilmuwan, tumbuhnya keterampilan dan
menghasilkan peru bahan sikap mental/kepribadian, sesuai dengan nilai-nilai
absolute dan nilai-nilai nisbi yang berlaku di lingkungan masyarakat dan bangsa
bagi anak didik adalah kegiatan mendidik. Mendidik bobotnya adalah pembentukan
sikap mental/kepribadian bagi anak didik, sedang mengajar bobotnya adalah
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung
bagi semua manusia pada semua usia. Contoh seorang guru matematika mengajarkan
kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam
segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas mengajar belum
mendidik.
Istilah mengajar, mendidik dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan. Mengajar lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan tertentu, sedangkan mendidik lebih ditekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).
Istilah mengajar, mendidik dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan. Mengajar lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan tertentu, sedangkan mendidik lebih ditekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).
Belajar adalah
usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ø Pengertian Batas Awal dan Batas Akhir Proses
Batas
kemungkinan dididik ditentukan oleh keterbatasan potensi bawaan yang disebabkan
oleh cacat rohani jasmani yang berat. Menurut Langeveld, batas bawah (awal)
atau saat siap memperoleh pendidikan ialah pada saat anak sudah sanggup
menerima dan mengakui kewibawaan pendidik. Tampak pada usia 3,5 tahun dan jelas
kelihatan pada usia 5 tahun. Saat anak didik sanggup menerima dan mengakui
kewibawaan pendidik dengan ikhlas dan kesadaran sendiri yang menandakan
dimulainya pendidikan sebenarnya, karena anak didik benar – benar sadar bahwa
apa yang diajarkan dan dilakukan pendidikan adalah semata – mata untuk
kepentingan dirinya. Menurut Langeveld, masa sebelumnya merupakan masa
pendidikan pendahuluan dimana anak hanya menuruti, meniru orang tua dalam
tingkah laku tertentu, dan tidak langsung dikaitkan dengan tujuan pembendtukan
pribadi dewasa susila. Selanjutnya dikatakan oleh Langelveld, bahwa seseorang
telah menyelesaikan pendidikannya bilamana telah mencapai pribadi dewasa
susila.
Sejak bayi
sampai terbentuknya pribadi susila anak didik tetap mendapat bantuan dan
bimbingan dari pendidik, dan setelah menyelesaikan pendidikannya tak ada lagi
ikatan antara pendidik dan anak didik. Anak didik itu sendiri akan terus
menyempurnakan hidupnya namun pad saat – saat tertentu dapat saja memperoleh
pendidikan untuk menyempurnakan kepribadiannya. Oleh karena itu pendidikan bisa
berlangsung seumur hidup.
Ø Pendidikan Sepanjang Hayat
Life long
education cenderung melihat pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam
masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia secara penuh yang berjalan
terus-menerus seolah-olah tidak ada batasannya sampai meninggal. Ini berarti
bahwa pendidikan itu tidak hanya penting bagi anak-anak (yang biasa dianggap
belum siap kehidupan sosialnya dan melakukan peranan masyarakat dewasa), tetapi
juga penting untuk orang dewasa maupun orangtua dalam rangka pencapaian
perkemmbangan manusia yang penuh.
Bahwa manusia
adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan
yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik
dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun
keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan
masih berjalan terus.
“Menuntut ilmu
adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai
lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.
Ø Pendidikan sebagai Suatu Ilmu
Pendidikan
merupkan salah satu faktor penting yang dapat digunakan merealisasi bakat-bakat
yang dibawa manusia sejak lahir (talenta, teori konvergensi), sehinga manusia
mempunyai keterampilan yang dapat digunakan untuk menghidupi dirinya (profesi).
Bila semua masyarakat mempunyai ketrampilan yang berguna, dapat diharapkan akan
muncul masyarakat yang dinamis, efektif dan produktif.sasaran terakhir dari
masyarakat yang seperti itu adalah pencapaian cita-cita bangsa sesuai isi
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 ayat 1 yaitu “...memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kesejahteraan individu-individu
melalui penghasilan yang diperolehnya, sedang penghasilan dapat dicapai bila
manusia memiliki ketrampilan dari hasil pendidikannya.
Ilmu ialah : -
pengetahuan yang telah diuji kebenarannya
- membahas
tentang hal-hal yang dapat diamati (observabel)
Ø Obyek Ilmu Pendidikan
• Anak Didik
• Pendidik
• Materi Pendidikan
• Metodelogi Pendidikan
• Evaluasi Pengajaran
• Alat-alat Pendidikan
• Lingkungan Sekitar
• Tujuan Pendidikan
Ø Macam–Macam Ilmu Pendidikan
a. Normatif, memiliki ciri–ciri dasar/aturan
yang mendukung aturan–aturan dasar yang sudah baku. Contoh : melestarikan
budaya bangsa melalui pembinaan budaya–budaya daerah yang bersifat positif.
b. Deskriptif : menggambarkan seluruh peristiwa
belajar dengan tepat/tidak dimanipulasi dari mulai siapa siswa, apa yang telah
diajarkan sampai nilai yang diberikan harus betul–betul menggambarkan perolehan
hasil belajar anak.
c. Teoritis, mengkaji bidang keilmuannya secara luas
(profesional) sampai hal–hal yang sekecil–kecilnya (atomistik).
d. Praktis/terapan, teori–teori yang dikaji
digunakan untuk melancarkan proses pendidikan.
Ø Hubungan Antara Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis
Pada dasarnya, semua ilmu dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Ilmu Murni : Ilmu yang membahas/mendalami ilmu
itu sendiri. Dalam pendidikan ilmu murni akan tampak dari adanya usaha membahas
teori–teori pendidikan secara dalam (sampai tingkat elementer-atomistik)
b. Ilmu Terapan : Ialah usaha-usaha menerapkan
dalam kegiatan proses kehidupan (sebagai alat yang memudahkan kehidupan). Dalam
kegiatan proses pendidikan menggunakan bantuan teori dan pendidikan dalam
mengatasi masalah–masalah anak didik tidak terkecuali pendidikan memerlukan
ilmu murni lain seperti : psokologi, matematika, biologi, untuk proses pendidikan.
Jadi dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan tidak dapat berdiri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar