The
Tree of Life
Memahami kehidupan
bukanlah sesuatu yang mudah. Meski kita hidup di bumi yang sama namun
masing-masing orang memiliki sisi pandang yang berbeda tentang hidup itu
sendiri. Pengalaman masa kecil bisa jadi akan tetap membekas sampai ajal
menjemput dan itulah yang dialami Jack (Sean Penn).
Saat masih kecil, Jack
(Hunter Mckracken) melihat dunia ini dari mata ibunya (Jessica Chastain).
Semuanya terlihat indah dan penuh kasih. Saat usia Jack bertambah, ayahnya
(Brad Pitt) mulai menanamkan pendidikan yang sama sekali berbeda dengan apa
yang ia dapatkan dari ibunya. Semua yang semula terlihat indah perlahan mulai
pudar digantikan kesuraman.
Saat Jack telah dewasa,
pengalaman masa kecil ini ternyata masih membekas kuat. Jack kehilangan
pegangan. Dunia sudah berubah namun sesuatu yang ada di dalam diri Jack
sepertinya tetap membelenggu. Pelan namun pasti Jack mulai memahami kehidupan
itu sendiri dari sisi pandangnya. Ia mulai bisa memaafkan ayahnya yang selama
ini ia benci dan perlahan melangkah menyusuri jalan hidupnya sendiri.
Ini film yang bukan
sekedar bercerita. Selain menuturkan kisah perjalanan batin sosok Jack hingga
ia memasuki masa dewasa, ada pesan yang ingin disampaikan Terrence Malick
sebagai sutradara sekaligus penulis naskah. Dan Malick cukup jeli dalam
menyampaikan pesan ini agar tak terlihat menggurui dengan serangkaian dialog
dan narasi.
Pesan yang disampaikan
Terrence Malick sebenarnya bukan pesan yang jauh dari kehidupan sehari-hari.
Apa yang dikisahkan Malick adalah apa yang terjadi dalam kehidupan setiap
manusia. Pergolakan batin, pencarian jati diri, dan kegalauan saat semua nilai
yang ditanamkan sedari kecil mulai jadi setumpuk pertanyaan. Yang menarik,
Malick mampu menuangkan kisah itu dengan cara yang sangat indah tanpa berkesan
menggurui.
Tanpa harus merendahkan
reputasi Brad Pitt dan Sean Penn, film ini adalah filmnya Hunter Mckracken.
Bocah kecil ini bermain begitu natural, sama sekali tak berkesan sedang
berakting di depan kamera. Konon ini adalah pengalaman akting pertama buat
Hunter Mckracken. Di saat yang sama, Brad Pitt dan Jessica Chastain pun bermain
sangat cemerlang meski sayangnya karakter yang diperankan Sean Penn sepertinya
kurang tergarap dengan baik.
Sebagai bonus, Terrence
Malick, menyampaikan kisah ini tidak hanya dengan rangkaian dialog. Dialog
malahan bukan bagian paling banyak dari film drama ini. Visual dan musik latar
justru memegang peran yang sangat penting dalam penuturan kisah kehidupan ini.
Irrational
Man
Film Irrational Man
(2015) disutradarai oleh Woody Allen yang juga merangkap sebagai penulis
skenario, dengan pemain utama Emma Stone dan Joaquin Phoenix. Sudah tidak
diragukan lagi bahwa Joaquin Phoenix, Ema Stone, dan Parker Posey adalah
aktor/aktris yang sangat berbakat, mereka akan menarik perhatian pada Film
Irrational Man yang akan mulai rilis pada 24 Juli 2015.
Film Irrational Man
(2015) menceritakan tentang Abe Lucas (Joaquin Phoenix) yaitu seorang profesor
filsafat yang mulai bekerja dan mengajar di perguruan tinggi sebuah kota kecil.
Setibanya di kampus dia mulai berhubungan dengan Parker Posey seorang pemain
dengan karakter fantasi-driven. Meskipun situasinya terlihat positif, namun
sebenarnya dia berada di bawah depresi. "Saya tidak bisa menulis, aku
tidak bisa bernafas. Aku tidak bisa mengingat alasan untuk hidup, dan ketika
saya lakukan, itu tidak meyakinkan," (I can’t write, I can’t breathe. I
couldn’t remember the reason for living, and when I did, it wasn’t convincing)
keluhnya.
Hal itu tidak
berlangsung lama, ketika dunia Abe bangkit kembali berkat kehadiran seorang
mahasiswa cantik (Ema Stone). Keduanya masuk ke dalam hubungan yang pada
akhirnya membawa pada instruktur kehidupan baru, tapi mengalami krisis
eksistensial. Terlihat pada cuplikan video film ini bahwa mereka menikmati
karnaval, mengkonsumsi alkohol, dan bermain dengan senjata, awalnya masih
terlihat aman, walau mungkin ceritanya akan kelihatan sedikit kacau pada
akhirnya....sepertinya film ini sangat menarik.
Mr.
Nobody
Mr. Nobody mengisahkan
tentang seorang laki-laki tua bernama Nemo Nobody (Jared Leto) yang sudah
berusia 118 tahun di tahun 2092. Nemo adalah satu-satunya manusia yang masih
bisa tumbuh secara normal. Karena di tahun 2092 semua manusia sudah bisa hidup
abadi berkat bantuan teknologi super canggih. Suatu hari Nemo di wawancarai
oleh seorang wartawan mengenai masa lalunya. Nemo pun menceritakan masa lalunya
itu, salah satunya adalah mengenai bahwa Nemo yang menikah dengan tiga wanita;
Anna (Diane Kruger), Elise (Sarah Polley), dan Jean (Linh-Dan Pham).
Film ini disutradarai
oleh Jaco Van Dormael yang juga sekaligus menulis screenplay-nya. Mr. Nobody
adalah sebuah film yang menggabungkanscience-fiction, drama, dan romance dalam
satu film. Dan harus diakui tidak mudah untuk dapat benar-benar menikmati
ataupun memahami kisahnya, karena Mr. Nobody bercerita secara non-linear atau
tidak secara kronologikal yang runtun, dan itu ditambah lagi dengan durasi yang
cukup menyebalkan yakni dua setengah jam. Tapi sebenarnya mudah saja jika kita
menontonnya dengan teliti dan fokus. Ya, menonton Mr. Nobody seperti merangkai
kepingan-kepingan puzzle yang teracak dimana-mana.
Inti dari cerita Mr.
Nobody itu adalah tentang pilihan. Karakter Nemo yang disini diceritakan bisa
membaca masa depan. Dan ketika suatu hari Nemo harus dihadapkan pada sebuah
pilihan karena kedua orang tua bercerai: apakah harus ikut ayahnya atau ibunya?
Nah mulai saat itulah Nemo mencoba membayangkan kemungkinan-kemungkinan apa
yang akan terjadi. Bagaimana jika dia memilih ayahnya atau ibunya, atau
bagaimana jika dia hidup bersama Anna, Elise, atau Jean. Pilihan-pilihan
tersebut coba diperkirakan oleh Nemo akan seperti apa jadinya jika dia memilih
pilihan-pilihan itu. Dan ketika dia tahu bahwa pilihan yang dia pilih itu
salah, maka dia tidak akan mengulangi itu lagi. Dia pun terus mencoba
kemungkinan-kemungkinan yang lain dari pilihan yang ia pilih. Sampai dia
mendapatkan jalan atau pilihan yang tepat baginya.
Dari segi cerita, Mr.
Nobody memang hadir unggul. Apalagi itu ditambah dengan selipan teori mengenai
waktu dan alam semesta serta butterfly effect. Juga banyaknya simbolisme yang
hadir disini, contohnya ketiga wanita yang dinikahi Nemo; Anna yang sering
memakai pakaian berwarna merah melambangkan cinta, Elise sering memakai pakaian
warna biru melambangkan depresi, dan Jean sering memakai pakaian berwarna
kuning melambangkan ketamakan. Dari ketiga pemaknaan itu ternyata sesuai dengan
hubungan mereka dengan Nemo.
Dari segi teknis, Mr.
Nobody juga tampil tak kalah unggul. Mulai dari sinematografi cantik arahan
Christophe Beaucarne yang ciamik. Selanjutnya editing dari Matyas Veress dan
Susan Shipton yang sanggup merangkai gambar-gambarnya secara acak yang
untungnya masih bisa dicerna dengan baik walau cukup membingungkan. Juga
scoring-music gubahan Pierre Van Dormael yang apik. Visual efek di film ini
juga luar biasa. Dari divisi akting, Jared Leto disini tampil cukup bagus. Sama
halnya dengan para pemeran pendukungnya; Sarah Polley, Diane Kruger, Natasha
Little (ibu Nemo), Rhys Ifans (ayah Nemo) hingga para actor mudanya Toby Regbo
(Nemo 15 tahun) dan Juno Temple (Anna 15 tahun).
Secara keseluruhan Mr.
Nobody adalah sebuah film drama-sci-fi yang bagus. Jaco Van Dormael berhasil
menyuguhkan sebuah film dengan cerita yang cerdas tersaji secara non-linear
dalam durasi 159 menitnya. Ini sebuah film yang memberikan kita tentang arti
dari suatu pilihan. Bahwa ketika hendak memilih sesuatu, maka pikirkanlah
baik-baik keputusan itu, jika salah maka kita tidak dapat mengembalikannya
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar