Selasa, 12 Desember 2017

Menjadi Guru Adalah Keputusan Hebat

Mau jadi guru? Ternyata jadi guru itu tidak segampang yang dibayangkan. Awalnya saya berasumsi bahwa menjadi guru itu adalah hal yang mudah karena sudah ada panduan, tinggal memberikan instruksi ke murid lalu tunggu mereka selesai mengerjakan, pulang ke rumah  tidak sampai larut malam seperti pekerja lainnya, bahkan bisa menjalankan pekerjaan yang lain. Namun asumsi saya salah besar.

Guru
Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.
Guru adalah seorang pendidik sebagai insan yang mulia dan berjasa. Karena merekalah yang bertanggungjawab mendidik manusia untuk melahirkan generasi yang cerdas dan cakap serta sanggup melaksanakan tugas terhadap diri, keluarga, masyarakat dan negara. Guru memiliki beberapa peranan, yakni sebagai pendidik, pembimbing dan pendorong. Dia juga penyampai ilmu, penggerak dan penasihat. Ini berarti, guru atau pendidik mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berat. Oleh karena itu guru bukanlah profesi sembarangan, di tangan merekalah masa depan murid dipertaruhkan.
Tugas seorang guru adalah mengubah orang yang bodoh menjadi orang yang pintar, mengubah yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Selain itu tingkah lakunya menjadi panutan bagi semua orang. Inilah yang menjadi nilai lebih profesi ini dibandingkan dengan profesi lain, benar-benar istimewa bekerja sebagai guru.
Kedudukan guru merupakan kedudukan yang dihormati sebagai pembimbing di dalam keilmuan sehingga menjadi penyemangat dan inspirasi bagi muridnya untuk memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuninya di masa depan. Banyak tokoh-tokoh besar di dunia siapapun itu, mereka tidak akan seperti itu kalau tidak dididik oleh seorang guru yang hebat. Guru bangga jika melihat anak didiknya melampaui capaiannya, karena ia telah berhasil berbuat sesuatu yang berguna bagi semua orang dengan ilmunya.
Kemajuan sebuah bangsa pun ditentukan oleh kemampuan para pendidiknya. Tanpa figur pendidik, mungkin bangsa Indonesia tidak akan dapat menikmati hasil jerih payah putra-putri bangsa yang sudah mendorong perkembangan tersebut. Pencapaian Indonesia hingga saat ini tidak terlepas dari peran guru yang telah membimbing anak muridnya menjadi manusia dewasa dan berperan aktif dalam pembangunan Indonesia.
Guru juga dianggap sebagai pahlawan pembangunan, karena di tangan mereka akan lahir pahlawan-pahlawan pembangunan yang akan mengisi ruang-ruang publik di negeri ini. Guru yang ideal, bukan sekedar guru yang memenuhi syarat-syarat teknik: seperti pintar, pandai, atau pakar di bidang ilmu yang dimiliki; melainkan yang jauh lebih penting dari itu semua, guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai "agent of change".
Kebanggan dan kepuasan menjadi seorang guru ialah melakukan suatu pekerjaan mulia untuk memberikan ilmu kepada anak bangsa sehingga nantinya mereka akan menjadi manusia yang lebih baik serta mendapatkan pahala yang tak pernah berhenti mengalir untuk seorang guru yang telah berjasa dalam mencerdaskan dan mendidik anak-anak tersebut walaupun guru tersebut telah tiada.

Tantangan
Terlepas dari itu, perlu diketahui bahwa menjadi seorang guru adalah sebuah tantangan yang sangat berat yang harus dilalui dengan penuh kesabaran dan komitmen yang tinggi. Salah satunya bagaimana kita dihadapkan dengan sebuah karakter  yang berbeda dan bagaimana kita dapat mendidik dari perbedaan karakter, namun seorang guru dituntut dapat mengemban tugas untuk mencerdaskan anak bangsa, sehingga hal ini menuntut seorang guru untuk memiliki jiwa sebagai seorang pendidik. Seorang guru harus menjadi bagian penting dalam perkembangan anak didiknya dan harus mampu memahami karakter setiap anak didiknya sehingga dapat menjalin keakraban dan kebersamaan yang nantinya dapat membantu dalam proses mendidik dan mengajarkan ilmu kepada siswa dan pada akhirnya dapat memotivasi dan mendorong siswanya untuk dapat meraih cita-cita yang diimpikan.
Menjadi seorang guru tidak hanya sekedar lulusan sarjana pendidikan atau magister pendidikan, tapi lebih dari itu ada kompetensi-kompetensi lain yang juga harus di penuhi. Ada empat kompetensi yang harus dikembangkan yaitu kompetensi profesional, pedagogik, individual dan sosial.
Menjalani keseharian sebagai seorang guru di sekolah, berarti harus berani menyembunyikan perasaan susah, sedih, lelah yang sedang dirasakan. Di depan siswa semua harus terlihat baik-baik saja. Karena siswa tidak akan senang jika melihat wajah gurunya penuh dengan masalah di depan mereka. Apalagi latar belakang keluarga mereka juga berbeda-beda. Kalau mereka datang dari keluarga mainstream, tidak akan ada masalah baru. Tapi di tempat saya mengajar saat itu, kebanyakan peserta didik berasal dari keluarga antimainstream. Jadi, guru tidak boleh tampil penuh masalah karena akan berdampak menambah masalah.
Begitu banyak tugas dan tanggung jawab seorang guru. Tidak hanya cukup selesai sampai di ruang kelas atau lingkungan sekolah. Selesai tugas mengajar ada tugas perencanaan yang harus disiapkan untuk hari berikutnya. Seperti membuat RPP sebelum mengajar,  mengoreksi tugas murid, membuat media pembelajaran, dan harus mengikuti program peningkatan mutu berupa workshop, belum lagi kalau ada sederet kegiaatan lain.
Profesi guru ternyata tidak bisa seenaknya kita bawa. Kalau pangkat guru sudah melekat, segala perilaku, tingkah polah, dan ucapan baik secara langsung atau tidak akan dipantau oleh masyarakat. Dari mulai dibangku kuliah pun, semua itu sudah dibiasakan. Misalnya seperti  dari cara berpakaian, cara berbicara, tidak boleh makan minum sambil berdiri, dan lain sebagainya. Karena seorang guru akan menjadi panutan bagi peserta didiknya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Setelah dipikir-pikir, ternyata kontrak kerja guru itu bukan 5-7 jam sehari, tetapi lebih dari itu atau bahkan full 24 jam. Sehari penuh, artinya selepas pulang mengajar, tingkah laku guru akan menjadi cerminan murid-muridnya. Percaya atau tidak ini memang benar bahwa apa yang guru lakukan akan berdampak pada kinerja dan tingkah laku anak didik. Bahkan ada pepatah “guru kencing berdiri murid kencing berlari”.
Coba ingat dan cermati kejadian di kelas. Saya yakin seorang guru pernah mengalami kejadian betapa sulitnya mengarahkan si A yang petakilan, lompat sana lompat sini, usil terhadap teman, dan belum bisa memahami materi. Lain lagi dengan si B, yang malas untuk belajar. Ada si C yang sering berbicara sendiri, asik sendiri. Ada juga yang gampang nangis, hanya karena hal yang sederhana. Mungkin masih ada lagi segudang tantangan yang dihadapi guru di kelas. Ternyata banyak PR guru dan tantangan yang harus diselesaikan.
Ketika seorang memutuskan menjadi seorang guru, maka sejak saat itu ia telah berkomitmen untuk memikul tanggung jawab dalam mendidik para generasi muda. Mereka meluangkan hampir sebagian besar hidupnya untuk belajar dan mengajar supaya anak didik mereka sukses dalam belajar dan sukses dalam hidup. Bahkan masyarakat percaya bahwa guru-guru di sekolah akan mampu membuat anak-anak mereka menjadi orang sukses. Kalau seandainya gagal mereka menghujat bahwa gurunya tidak becus mendidik. Apakah hal yang seperti ini mudah? Tidak! Ini sangat sulit bagi guru. Guru juga manusia, ia sama dengan orang-orang kebanyakan yang punya masalah, punya kebutuhan. Tapi di lain pihak ia harus menjalankan tugasnya yang menurut saya tugas yang mereka pikul sangat berat.
Melihat tantangan seberat itu, saya sempat bertanya pada diri saya sendiri. Apakah saya bisa? Hingga pada akhirnya, yang dibutuhkan adalah penguatan dari dalam diri sendiri. Bahwa mengenai tugas seorang guru adalah tugas mulia, tugas yang berat, karena lewat gurulah calon-calon pemimpin bangsa akan dibentuk. Lewat karakter yang selalu ditanamkan, lewat etika, moral dan akhlak yang selalu ditekankan. Semoga saja saya akan bisa berproses menjadi guru yang menginspirasi dan memotivasi untuk selalu bergerak kearah kebaikan. Toh, Allah SWT sudah menjanjikan “bersama kesulitan pasti ada kemudahan.”

Kesejahteraan
Memang benar kesejahteraan guru saat ini memang lebih terjamin. Terlebih karena adanya sertifikasi. Namun itu hanya guru pegawai negeri. Saat guru pegawai negeri sudah bisa menghela nafas lega, masih ada pendidik lain yang hanya bisa gigit jari yaitu guru honorer. Banyak janji dan wacana pemerintah memperbaiki kesejahteraan guru honorer, tapi nyatanya nasib mereka masih begitu-begitu saja.
Ada yang pernah berkata pada saya kalau ingin kaya harta, hindarilah pekerjaan guru. Menjadi guru tidak akan menjadikan seseorang kaya harta, melainkan kaya pengalaman. Kesejahteraan guru yang masih berstatus honorer masih memperihatinkan. Imbalan yang diperoleh oleh  guru tidak sebanding dengan resiko dan kerja  kerasnya. Saat saya sedang observasi dan praktik mengajar disekolah, tidak sengaja saya melihat daftar gaji guru di SD tersebut  pada selembaran kertas. Saya melihat gaji guru honorer hanya 700.000, bahkan ada yang hanya mendapat upah 500.000. Kemudian saya bertanya pada saudara saya yang kebetulan guru SD juga. Ternyata sampai saat ini jam mengajar guru di sekolah tidak dihitung setiap kali mengajar, namun 1 minggu mengajar untuk perhitungan 1 bulan. Misalkan seorang guru dibayar 20.000 untuk 1 jam pelajaran (35 menit), seminggu mengajar 35 jam, maka gaji yang diterimanya mengajar selama 1 bulan adalah 700.000 (20.000 x 35 jam), tidak dikali 4 minggu. Tidak heran, banyak guru yang harus mencari tambahan mulai dari mengajar di beberapa sekolah, membuka jasa pelajaran tambahan atau les, hingga mencari pekerjaan sampingan lainnya harus dilakukan untuk memperoleh pendapatan yang layak. Waktu kerja tak menentu. Kesibukannya mungkin tak kalah dengan direktur ataupun karyawan swasta yang gajinya berjuta-juta. Yah, apapun dilakukan demi memenuhi panggilan hati sekaligus memenuhi kebutuhan diri.
Kalau seperti ini kenyataan di dunia kerja pelan-pelan akan menyadarkan seorang guru bahwa idealisme di kampus tidak bisa mutlak diberlakukan. Misalkan rencana pembelajaran yang dibuat begitu sempurna ketika di kampus, tidak akan berlaku ketika diterapkan di sekolah. Beberapa faktor penyebabnya karena sarana prasarana yang tidak mendukung, ataupun godaan bertindak curang karena idealisme tidak sebanding dengan upah yang diterima.
Bila ditanya apa keinginan guru, pastinya tidak muluk-muluk. Guru honorer tidak ingin gaji yang setara direktur utama ataupun pejabat di istana negara. Mereka hanya ingin diakui sebagai tenaga pendidik yang ikut menyumbang dalam misi mencerdaskan kehidupan bangsa. Kerja kerasnya tak kalah dengan guru-guru yang bersertifikasi. Dedikasi untuk membantu para siswa belajar tidak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan dengan gaji yang mungkin tak cukup untuk setengah bulan, semangatnya untuk mengajar dan berbagi ilmu tidak berkurang. Kerja keras tetap dilakukan, meski upah tidak berimbang.
Bila ada yang tidak setuju karena merasa tak pantas bila seorang guru mengharapkan gaji yang besar, tentunya harus berpikir ulang. Memang benar, guru adalah profesi yang begitu dekat dengan hati. Ketulusan dan kasih sayang serta dedikasi yang tinggi mutlak perlu untuk menyiapkan generasi-generasi hebat yang menjalankan roda-roda negara dan kehidupan ini. Akan terlihat tidak etis dan terkesan materialistis bila guru menuntut kenaikan gaji. Tapi bukankah kita juga wajib menghargai jasa-jasa mereka? Caranya dengan lebih memikirkan kesejahteraannya. Karena bagaimana kita mengharapkan hidup yang sejahtera, bila agen pencerdas kehidupan bangsa justru hidup dalam duka derita?
Ya, tapi apapun faktanya, menjadi guru tetaplah adalah hal yang mulia. Yang bertahan adalah yang mampu melewati seleksi alam di awal karir keguruan. Patutlah kita berbangga dan berbahagia saat ini jika kita berprofesi sebagai seorang guru ataupun calon guru, karena ada banyak manfaat yang dapat kita berikan kepada anak didik kita sehingga nantinya mereka dapat menjadi generasi muda yang berguna dan berprestasi di masa depan. Selain itu jadilah seorang guru yang bersikap dan berakhlak baik karena kita adalah sebagai suri tauladan di tengah masyarakat terlebih menjadi teladan bagi siswa sehingga patutlah memberikan contoh yang baik kepada para siswa sehingga mereka dapat mencontoh dan meneladaninya dikemudian hari.