Rabu, 28 Desember 2016

Kesesatan Dalam Filsafat

Kesesatan dalam Bernalar
Dalam berpikir atau bernalar setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dan pengalaman dan pemahaman yang berbeda pula. Dengan demikian, akan bermacam pula macam-macam kesesatanyang mungkin terjadi. Menurut Khadra (2012) ada 16 macam kesesatan dalam bernalar, yaitu :
a.      Argumentum ad hominem abusif
Merupakan argumen yang diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung. Penerapan argumen ini dapat melecehkan pribadi individu yang menyatakan argumen. Contoh: Jangan minta Ao untuk mengganti bola lampu, tubuhnya pendek!
b.      Argumentum ad hominem sirkumstansial
Merupakan argumen yang menyerang keyakinan dan lingkungan hidup seseorang, bukan pada konten yang ia ucapkan. Contoh: Ia mana tahu tata cara beribadah yang benar, dia kan tidak beragama.
 c.       Argumentum ad verecundiam
Merupakan sesat pikir dimana nilai penalaran ditentukan oleh keahlian atau kewi-bawaan orang yang mengemukan. Suatu gagasan diterima sebagai gagasan yang benar hanya karena gagasan tersebut dikemukakan oleh seorang yang sudah terkenal karena keahliannya. Contoh: Apa yang disarankan oleh dokter pasti benar.
 d.      Argumentum ad baculum
Merupakan argumen ancaman yang mendesak orang untuk menerima suatu konklusi tertentu dengan alasan bahwa jika ia menolak akan membawa akibat yang tidak diinginkan. Contoh: Jika Anda tidak mengirimkan pesan ini, Anda tidak akan pernah hidup tenang selama 15 tahun.
 e.       Argumentum ad misericordiam
Merupakan sesat pikir yang sengaja diarahkan untuk membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara dengan tujuan untuk memperoleh pengampunan/ keinginan. Contoh: Seorang tersangka mengatakan bahwa ia sesungguhnya punya istri dan anak yang saat ini kelaparan karena tidak ada suami yang mencarikan mereka nafkah.
 f.        Argumentum ad populum
Merupakan argumen yang menilai bahwa sesuatu pernyataan adalah benar karena diamini oleh banyak orang. Contoh: Mana mungkin agama yang saya anut salah, lihat saja jumlah penganutnya paling banyak di muka bumi.
g.      Argumentum ad ignorantum
Merupakan kesesatan yang terjadi dalam suatu pernyataan yang dinyatakan benar karena kesalahannya tidak terbukti salah, atau mengatakan sesuatu itu salah karena kebenarannya tidak terbukti ada. Contoh: Diamnya perempuan, berarti sama saja dengan menjawab ‘ya’.
 h.      Kesesatan non causa pro causa
Merupakan kesesatan yang terjadi karena penarikan penyimpulan sebab-akibat dari apa yang terjadi sebelumnya adalah penyebab sesungguhnya suatu kejadian berda-sarkan dua peristiwa yang terjadi secara berurutan. Orang lalu cenderung berkesim-pulan bahwa peristiwa pertama merupakan penyeab bagi peristiwa kedua, atau peristiwa kedua adalah akiat dari peristiwa pertama. Padahal urutan waktu saja tidak dengan sendirinya menunjukkan hubungan sebab-akibat. Contoh: Seorang pemuda setelah diketahui baru putus cinta dengan pacarnya, esoknya sakit. Tetangganya menyimpulkan bahwa sang pemuda sakit karena baru putus cinta.
 i.        Kesesatan karena komposisi dan divisi
Merupakan kesesatan karena komposisi terjadi bila seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi individu atau beberapa individu dari suatu kelompok tertentu pasti juga benar (berlaku) bagi seluruh kelompok secara kolektif. Contoh: Banyak pejabat pemerintahan korupsi. Yahya Zaini adalah anggota DPR, maka Yahya Zaini juga korupsi.
 j.        Kesesatan aksentuasi
Merupakan kesesatan yang diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan yang dapat membawa perubahan arti. Contoh: Tiap pagi pasukan mengadakan apel. Apel itu buah. Jadi, tiap pagi pasukan mengadakan buah.
 k.       Kesesatan amfiboli
Merupakan kesesatan yang terjadi karena konstruksi kalimat yang sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Akibatnya, timbul lebih dari satu penafsiran mengenai maknanya, padalahal hanya satu saja makna yang benar, sementara makna yang lain pasti salah. Contoh: Kucing makan tikus mati
Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
Arti 2: Kucing makan tikus, lalu kucing tersebut mati
Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati.
l.        Kesesatan equivokasi verbal
Merupakan jenis kesesatan yang terjadi dalam percakapan dimana bunyi yang sama disalah artikan menjadi dua maksud yang berbeda. Contoh: Percakapan antara anak Sunda (A) dengan anak dari kota (B)
A : Ini teh susu.
B : Mana teh nya ?
A : Ini teh susu.
B : Itu susu, mana teh nya ?
(B tersebut tidak mengerti apa arti teh yang digunakan oleh A. B hanya mengetahui bahwa teh merupakan salah satu jenis minuman)
m.    Kesesatan metaforis
Merupakan kesesatan yang terjadi karena pencampur-adukkan arti kiasan dan arti sebenarnya. Contoh: Pemuda adalah tulang punggung negara
(Pemuda adalah arti sebenarnya dari orang-orang yang berusia muda, sedangkan tulang punggung adalah arti kiasan karena kenyataannya negara tidak memiliki tubuh biologis dan tidak memiliki tulang punggung layaknya mahluk vertebrata).
n.      Petitio principi
Merupakan kesesatan yang terjadi dalam kesimpulan atau pernyataan pembenaran dimana didalamnya premis digunakan sebagai kesimpulan dan sebaliknya, kesimpulan dijadikan premis. Contoh: Belajar logika berarti mempelajari cara berpikir tepat, karena di dalam berpikir tepat ada logika.
o.      Kesesatan aksidensi
Merupakan kesesatan penalaran yang dilakukan oleh seseorang bila ia memaksakan aturan-aturan/cara-cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat aksidental; yaitu situasi yang bersifat keabetulan, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak. Contoh: Orang yang makan banyak daging akan menjadi kuat dan sehat, karena itu vegetarian juga seharusnya makan banyak daging supaya sehat.
p.          Ignorantio elenchi
Merupakan kesesatan yang terjadi saat seseorang menarik kesimpulan yang tidak relevan dengan premisnya. Contoh: Dika merupakan remaja pendiam yang baik hati, tidak mungkin ia melakukan pembunuhan sekejam itu.
Iklan Extra Joss
“Laki minum Extra Joss”
Pernyataan iklan tersebut merupakan salah satu jenis kesesatan dalam penalaran karena dapat menimbukan kesalahan dalam proses penarikan kesimpulan.
Premis “Laki minum Extra Joss”, dapat menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti:       
Laki minum Extra Joss                        Laki minum Extra Joss
Dodi tidak minum Extra Joss Rina minum Extra Joss
Maka, Dodi bukan laki-laki                 Maka, Rina adalah laki-laki
Kesimpulan-kesimpulan tersebut merupakan kesesatan penalaran karena jenis kelamin seseorang tidak ditentukan oleh kecenderungan mereka untuk apakah meminum atau tidak Extra Joss. Seorang laki-laki tidak mungkin menjadi bukan laki-laki hanya karena jika dia tidak meminum Extra Joss, begitu pula sebaliknya, seorang perempuan tidak mungkin menjadi laki-laki hanya karena jika dia meminum Extra Joss.
Premis di atas merujuk pada kesesatan penalaran tipe Ignorantio elenchi karena kesimpulan yang ditarik tidak relevan dengan premisnya. Dalam hal ini, kesimpulan Dodi bukan laki-laki didasarkan pada apakah dia minum Extra Joss apa tidak, padahal Dodi menjadi laki-laki memang sudah ditakdirkannya begitu sejak ia lahir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar