Kesesatan dalam Bernalar
Dalam
berpikir atau bernalar setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dan
pengalaman dan pemahaman yang berbeda pula. Dengan demikian, akan bermacam pula
macam-macam kesesatanyang mungkin terjadi. Menurut Khadra (2012) ada 16 macam
kesesatan dalam bernalar, yaitu :
a. Argumentum ad
hominem abusif
Merupakan argumen yang diarahkan
untuk menyerang manusianya secara langsung. Penerapan argumen ini dapat
melecehkan pribadi individu yang menyatakan argumen. Contoh: Jangan minta
Ao untuk mengganti bola lampu, tubuhnya pendek!
b. Argumentum ad
hominem sirkumstansial
Merupakan argumen yang menyerang keyakinan dan
lingkungan hidup seseorang, bukan pada konten yang ia ucapkan. Contoh:
Ia mana tahu tata cara beribadah yang benar, dia kan tidak beragama.
c. Argumentum
ad verecundiam
Merupakan sesat pikir dimana nilai penalaran
ditentukan oleh keahlian atau kewi-bawaan orang yang mengemukan. Suatu gagasan
diterima sebagai gagasan yang benar hanya karena gagasan tersebut dikemukakan
oleh seorang yang sudah terkenal karena keahliannya. Contoh: Apa yang
disarankan oleh dokter pasti benar.
d. Argumentum
ad baculum
Merupakan argumen ancaman yang mendesak orang untuk
menerima suatu konklusi tertentu dengan alasan bahwa jika ia menolak akan
membawa akibat yang tidak diinginkan. Contoh: Jika Anda tidak mengirimkan pesan
ini, Anda tidak akan pernah hidup tenang selama 15 tahun.
e. Argumentum
ad misericordiam
Merupakan sesat pikir yang sengaja diarahkan untuk
membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara dengan tujuan untuk memperoleh
pengampunan/ keinginan. Contoh: Seorang tersangka mengatakan bahwa ia
sesungguhnya punya istri dan anak yang saat ini kelaparan karena tidak ada
suami yang mencarikan mereka nafkah.
f. Argumentum
ad populum
Merupakan argumen yang menilai bahwa sesuatu
pernyataan adalah benar karena diamini oleh banyak orang. Contoh: Mana mungkin
agama yang saya anut salah, lihat saja jumlah penganutnya paling banyak di muka
bumi.
g. Argumentum ad
ignorantum
Merupakan kesesatan yang terjadi dalam suatu
pernyataan yang dinyatakan benar karena kesalahannya tidak terbukti salah, atau
mengatakan sesuatu itu salah karena kebenarannya tidak terbukti ada. Contoh: Diamnya
perempuan, berarti sama saja dengan menjawab ‘ya’.
h. Kesesatan
non causa pro causa
Merupakan kesesatan yang terjadi karena penarikan
penyimpulan sebab-akibat dari apa yang terjadi sebelumnya adalah penyebab
sesungguhnya suatu kejadian berda-sarkan dua peristiwa yang terjadi secara
berurutan. Orang lalu cenderung berkesim-pulan bahwa peristiwa pertama
merupakan penyeab bagi peristiwa kedua, atau peristiwa kedua adalah akiat dari
peristiwa pertama. Padahal urutan waktu saja tidak dengan sendirinya
menunjukkan hubungan sebab-akibat. Contoh: Seorang pemuda setelah diketahui
baru putus cinta dengan pacarnya, esoknya sakit. Tetangganya menyimpulkan bahwa
sang pemuda sakit karena baru putus cinta.
i. Kesesatan
karena komposisi dan divisi
Merupakan kesesatan karena komposisi terjadi bila
seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi individu
atau beberapa individu dari suatu kelompok tertentu pasti juga benar (berlaku)
bagi seluruh kelompok secara kolektif. Contoh: Banyak pejabat pemerintahan
korupsi. Yahya Zaini adalah anggota DPR, maka Yahya Zaini juga korupsi.
j. Kesesatan
aksentuasi
Merupakan kesesatan yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan tekanan yang dapat membawa perubahan arti. Contoh: Tiap pagi pasukan
mengadakan apel. Apel itu buah. Jadi, tiap pagi pasukan mengadakan buah.
k. Kesesatan
amfiboli
Merupakan kesesatan yang terjadi karena konstruksi
kalimat yang sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Akibatnya,
timbul lebih dari satu penafsiran mengenai maknanya, padalahal hanya satu saja
makna yang benar, sementara makna yang lain pasti salah. Contoh: Kucing makan
tikus mati
Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
Arti 2: Kucing makan tikus, lalu kucing
tersebut mati
Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang
sudah mati.
l. Kesesatan
equivokasi verbal
Merupakan jenis kesesatan yang terjadi dalam
percakapan dimana bunyi yang sama disalah artikan menjadi dua maksud yang
berbeda. Contoh: Percakapan antara anak Sunda (A) dengan anak dari kota (B)
A : Ini teh susu.
B : Mana teh nya ?
A : Ini teh susu.
B : Itu susu, mana teh nya ?
(B tersebut tidak mengerti apa arti teh yang
digunakan oleh A. B hanya mengetahui bahwa teh merupakan salah satu jenis
minuman)
m. Kesesatan
metaforis
Merupakan kesesatan yang terjadi karena
pencampur-adukkan arti kiasan dan arti sebenarnya. Contoh: Pemuda adalah tulang
punggung negara
(Pemuda adalah arti sebenarnya dari orang-orang
yang berusia muda, sedangkan tulang punggung adalah arti kiasan karena kenyataannya
negara tidak memiliki tubuh biologis dan tidak memiliki tulang punggung
layaknya mahluk vertebrata).
n. Petitio
principi
Merupakan kesesatan yang terjadi dalam kesimpulan
atau pernyataan pembenaran dimana didalamnya premis digunakan sebagai
kesimpulan dan sebaliknya, kesimpulan dijadikan premis. Contoh: Belajar logika
berarti mempelajari cara berpikir tepat, karena di dalam berpikir tepat ada
logika.
o. Kesesatan
aksidensi
Merupakan kesesatan penalaran yang dilakukan oleh
seseorang bila ia memaksakan aturan-aturan/cara-cara yang bersifat umum pada
suatu keadaan atau situasi yang bersifat aksidental; yaitu situasi yang
bersifat keabetulan, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak. Contoh: Orang yang
makan banyak daging akan menjadi kuat dan sehat, karena itu vegetarian juga
seharusnya makan banyak daging supaya sehat.
p.
Ignorantio elenchi
Merupakan kesesatan yang terjadi saat seseorang
menarik kesimpulan yang tidak relevan dengan premisnya. Contoh: Dika merupakan
remaja pendiam yang baik hati, tidak mungkin ia melakukan pembunuhan sekejam
itu.
Iklan Extra Joss
“Laki minum Extra Joss”
Pernyataan iklan tersebut merupakan salah satu
jenis kesesatan dalam penalaran karena dapat menimbukan kesalahan dalam proses
penarikan kesimpulan.
Premis “Laki minum Extra Joss”, dapat menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan seperti:
Laki minum Extra
Joss
Laki minum Extra Joss
Dodi tidak minum Extra Joss Rina minum Extra Joss
Maka, Dodi bukan laki-laki Maka,
Rina adalah laki-laki
Kesimpulan-kesimpulan tersebut merupakan kesesatan
penalaran karena jenis kelamin seseorang tidak ditentukan oleh kecenderungan
mereka untuk apakah meminum atau tidak Extra Joss. Seorang laki-laki tidak
mungkin menjadi bukan laki-laki hanya karena jika dia tidak meminum Extra Joss,
begitu pula sebaliknya, seorang perempuan tidak mungkin menjadi laki-laki hanya
karena jika dia meminum Extra Joss.
Premis di atas merujuk pada kesesatan penalaran
tipe Ignorantio elenchi karena kesimpulan yang ditarik tidak relevan dengan
premisnya. Dalam hal ini, kesimpulan Dodi bukan laki-laki didasarkan pada
apakah dia minum Extra Joss apa tidak, padahal Dodi menjadi laki-laki memang
sudah ditakdirkannya begitu sejak ia lahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar