Kamis, 01 Desember 2016

Persoalan Dalam Filsafat

Filsafat menurut Immanuel Kant adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkat dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan yaitu: (1) apakah yang dapat kita kerjakan (jawabannya metafisika), (2) apakah yang seharusnya kita kerjakan (etika), (3) sampai di manakah harapan kita (agama), (4) apakah yang dinamakan manusia (antropologi). Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
Dalam proses berpikir, Kant berpendapat bahwa kondisi tertentu dalam pikiran manusia ikut menentukan konsepsi. Apa yang kita lihat dianggap sebagai fenomena dalam ruang dan waktu yang disebut bentuk intuisi, mendahului setiap pengalaman. Menurut Kant objek mengarahkan diri ke subjek. Pengetahuan manusia muncul dari dua sumber utama dalam benak yaitu kemampuan penerimaan kesan-kesan indrawi (sensibility) dan kemampuan pemahaman (understanding) yaitu membuat keputusan-keputusan tentang kesan-kesan indrawi yang diperoleh melalui kemampuan pertama. Kedua kemampuan tesebut saling membutuhkan dalam mencapai suatu pengetahuan. kemampuan penerimaan bertugas menerima kesan-kesan yang masuk dan menatanya dengan pengetahuan apriori intuisi ruang dan waktu. Kemampuan pemahaman bertugas mengolah yaitu menyatukan dan mensintesis pengalaman-pengalaman yang yang telah diterima dan ditata oleh kemampuan penerima selanjutnya diputuskan.
Pengambilan keputusan ada dua yaitu analitik dan sintetik. Dalam analitik subjek sama dengan predikat sehingga bisa dikatakan bahwa analitik adalah identitas. Analitik  adalah pengambilan keputusan berdasarkan konsistensi koherensi. Analitik merupakan intuisi murni. Dalam analitik A sama dengan B (subjek=predikat), predikat B masuk ke dalam A atau predikat B terletak atau masuk penuh ke dalam A. Sedangkan sintetik subjek tidak sama dengan predikat sehingga  sintetik berarti kontradiksi. Sintetik adalah pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman atau intuisi empiris.
Sebagai contoh “semua benda berkembang” ini dikatakan sebagai analitik, sama halnya dengan “una adalah inu”. Una tidak bisa memahami inu dan sebaliknya inu tidak bisa memahami una. Contoh lain “semua benda mempunyai berat” kita bisa memaknai bahwa makna berat itu berbeda dengan makna benda. Tambah unsur lagi yang namannya a priori. Semua alasan memenuhi prinsip a priori, tetapi memperoleh prinsip a priori itu ternyata pengalaman yang disebut dengan sintetical judgement. Sintetikal judgement maksudnya adalah memperolehnya a priori, atau prinsip di dalam semua teori berpikir. Oleh karena itu mathematical judgement harusnya sintetik, berarti sudah berbeda dengan mathematic yang dipikirkan oleh pure mathematic. Kesimpulannya nanti bahwa matematika itu sintetik a priori.
Contoh berpikir sintetik adalah 7+5=12. Karena 7+5 tidak sama dengan 12. Ini berarti 7+5 nya  Imanuel Kant itu beda dengan 7+5 nya pure mathematician. 7+5 nya pure mathematician itu bebas ruang dan waktu. Ternyata 7+5 nya Imanuel Kant itu terikat oleh ruang dan waktu, yang disebut sintetik. Jadi 7+5 itu berbeda dengan 12. Kita tidak bisa membuktikan bahwa 7+5=12. Itulah yang dimaksud dengan sintetik.
Terdapat logika orang awam, logika formal, logika material, logika normative, logika spiritual. Imanuel Kant membuat logika Transenden, yaitu logikanya para dewa. Isinya adalah kategori, yang diperoleh dari intuisi. Kategori di dalam logika trensenden ialah kita bisa membedakan singular, particular, universal itu masuk pada kategori quantity. Kita bisa membedakan infinit negatif atau afirmatif itu kategori quality. Kategori relasi disjungtif, hipotetical, categorical, modality, problematika, asetorika, apodiktik. Semua problem berpikir termasuk di sini. Jadi categorical sendiri masuk di dalam kelompok relasi.
Konsep berpikir itu adalah sebagai kategori.  Ada judgement, unity, plurality, totality, reality, kemudian kalau dicari hubungannya modality dan possibility itu merupakan impossibility, neceserity itu adalah kontingensi. Kalau dikaitkan antara pikiran dengan pengalamannya. Kontingensi itu pengalaman, pengalaman itu bersifat kontingen, yang bersifat unpredictable. Kalau analitik metodenya deduksi. Analitik dengan deduksi itu cocok/ chemistry, bahasa itu chemistry. Deduksi di sini bersifat transenden, deduksinya para dewa. Ada deduksi yang bersifat empiris. Sebenarnya tidak ditemukan deduksi yang bersifat empiris dalam hakekat orang yang berpikir.
Pengalaman itu bersifat naik kemudian digunakan untuk berpikir, dan ada kategori terlebih dahulu, termasuk bisa membedakan. Pengalaman itu bersifat manipul, kaitannya dengan ruang berurutan, berkelanjutan dan berkesatuan, dan digabung menjadi manipul, itulah membentuk pengalaman, Imanual Kant menyebutnya sebagai manipul. Apersepsi itu bersifat sintetik. Perlu di ingat di pengalaman ada intuisi, di berpikir ada intuisi. Jadi tidak bisa berpikir tanpa intuisi. Yang mendahului berpikir itu adalah intuisi, jadi dalam mengajar kita tidak boleh merampas intuisi siswa. Intuisi ada kaitanya dengan kesadaran. Maka letakkanlah kesadaran anda di depan hakekat kalau anda ingin memahami suatu hakekat. Dalam mengajar di kelas terdapat apersepsi. Apersepsi dalam pembelajaran maksudnya kesiapan siswa. Kesatuan apersepsi itu disebut sebagai kesatuan transendental dari kesadaran diri. Kesadaran diri ini penting untuk bisa berpikir a priori. Supaya bisa berpikir maka harus sadar dulu. Apersepsi yang membentuk kesadaran tadi adalah prinsip yang tertinggi dari kesadaran brpikir. Ruang dan waktu adalah intuisi. Ruang dan waktu jika di isi dengan manipul kesatuan content, maka dia merupakan representasi tunggal tadi. Understanding adalah kemampuan kognisi. Tujuan dari apersepsi yaitu untuk melakukan kegiatan berpikir, supaya kita mampu berpikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar