Semakin
banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya.
Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri,
tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi
ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara
metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu
pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam
dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia
tidak dapat membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi
masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di
sinilah ilmu-ilmu membantu manusia mensistematisasikan apa yang diketahui
manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya.
Pada
abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut kehidupan
manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan banyak
membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T. W. dalam
artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul Karl
Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu pengetahuan menjadi
begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan mempunyai metode
yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada
hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut, dengan
jelas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan peranan yang cukup penting
dalam kehidupan umat manusia.
Akan
tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan. Salah satu
tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend. Sikap anti
ilmu pengetahuannya ini, tidak berarti anti terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri, tetapi anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali
melampaui maksud utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan
tidak menggunguli bidang-bidang dan bentuk-bentuk pengetahuan lain. Menurutnya,
ilmu-ilmu pengetahuan menjadi lebih unggul karena propaganda dari para ilmuan
dan adanya tolak ukur institusional yang diberi wewenang untuk memutuskannya.
Sekalipun
ada berbagai kontradiksi tentang keunggulan ilmu pengetahuan, tidak dapat
disangkal bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya memberikan pengaruh yang besar
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peranan ilmu
pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah-masalah hidupnya, walaupun
kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan masalah-masalah baru.
Meskipun
demikian, pada kenyataannya peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia
mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas. Seperti yang telah
diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan itu terletak pada cara kerja
ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri pada tujuan atau bidang
tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk mengatasi masalah ini,
ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi
hal yang penting.
C.
Verhaak dan R. Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu
Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua
penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat
ikut menilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang
dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal
ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan tetapi,
mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat
menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang
berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas
dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi
penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia
guna mencapai kebenaran.
Dari
dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat bahwa
ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha
manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan
agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah yang
secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam
filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran dikumpulkan dan
diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
Franz
Magnis Suseno mengungkapkan dua arah filsafat dalam usaha mencari jawaban dari
berbagai pertanyaan sebagai berikut: pertama, filsafat harus
mengkritik jawaban-jawaban yang tidak memadai. Kedua, filsafat
harus ikut mencari jawaban yang benar. Kritikan dan
jawaban yang diberikan filsafat sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban lain
pada umumnya. Kritikan dan jawaban itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional.
Pertanggungjawaban
rasional pada hakikatnya berarti bahwa setiap langkah harus terbuka terhadap
segala pertanyaan dan sangkalan, serta harus dipertahankan secara argumentatif
dengan argumen-argumen yang objektif. Hal ini
berarti bahwa kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim kebenaran
suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan argumentasi
atau alasan-alasan yang masuk akal dan dapat dimengerti.
Dari
berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa filsafat selalu mengarah pada
pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai
ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban
yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah
yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan
jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap
berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran
yang dicari.
Inilah
yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan berbagai ilmu pengetahuan yang
ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan bekerjasama dengan berbagai
ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan kebenaran. Baik ilmu pengetahuan
maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat dapat sangat membantu kehidupan
manusia.
Membangun
ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus berpegang pada paradigma
yang membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu pengetahuan nampaknya
sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena
ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai
manfaat kepada kehidupan dunia
Hampir
semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh pendekatan
filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu
digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah
kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan
perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian, sebab Filsafat tidak mengharuskan
adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat
Spekulatif. Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas
pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan akan
kemana akhirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar